Blognya Penyuluh Perikanan

Selamat Datang di Media Penyuluhan Perikanan, Media Silaturahmi Penyuluh Perikanan

Jumat, 19 September 2014

PEMIJAHAN IKAN PATIN DENGAN TEKNIK KAWIN SUNTIK

Ikan Patin merupakan salah satu jenis ikan komersil yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain di habitat aslinya, ikan belum mampu dipijahkan secara alami. Oleh karena itu perlu dilakukan pemijahan dengan teknik Induced breeding (Teknik Pemijahan Kawin Suntik). Berikut ini adalah tahapan pemijahan Ikan Patin dengan Teknik Kawin Suntik.

Seleksi Induk Matang Gonad

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembenihan Ikan Patin. Induk yang baik dan sehat akan menghasilkan benih yang baik pula.

Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:
  • Umur ± 2,5 tahun
  • Berat minimum 3 Kg/ekor
  • Perut membesar kearah anus
  • Perut tersa empuk dan halus saat diraba
  • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
  • Kulit dibagian perut lembek dan tipis
  • Jika bagian kloaka di tekan akan keluar beberapa butir telur berbentuk bulan dan ukuran seragam

Ciri Induk Patin Jantan Matang Gonad:

  • Umur 1,5 tahun
  • Berat minimum 2 Kg/ekor
  • Kulit bagian perut lembek dan tipis
  • Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tuaJika perut diurut ke arah anus keluar sperma berwarna putih

Induced Breeding 

Induced Breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain atau kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormone gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merek dagang Ovaprim.

Induced Breeding menggunakan Ovaprim dan HCG
  1. Dosis penyuntikan induk betina dan jantan berbeda. Induk jantan diperlukan Ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
  2. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama menggunakan HCG dengan dosis 500 IU/kg, sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim yang dilakukan setelah 24 jam dari penyuntikan pertama.
  3. Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
  4. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular dibelakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dengan kemiringan 45 derajat.
  5. Induk-induk tersebut disimpan dalam wadah/bak yang mengalir. Setelah 8 – 15 jam kemudian biasanya induk sudah ovulasi.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah puncak induk matang gonad. Saat ovulasi telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut (stripping) induk betina. 
Caranya sebagai berikut:
  1. Sediakan baskom plastic yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
  2. Perut induk betina diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung dalam baskom.
  3. Selanjutnya sperma diambil dari induk jantan dengan proses yang hampir sama dengan stripping pada induk betina.
  4. Sperma yang keluar dari induk jantan langsung disatukan dengan telur yang telah ditampung didalam baskom
  5. Agar telur dan sperma tercampur dengan sempurna (terjadi pembuahan) lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam ± selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
  6. Untuk meningkatkan fertilisasi, dapat ditambahkan larutan NaCl sambil tetap campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan selama 2 menit.
  7. Telur-telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih dan mengendap dibawah.

 Proses Penetasan Telur
  1. Siapkan wadah penetasan baik berupa corong ataupun akuarium penetasan yang sudah dicuci dan dikeringkan.
  2. Masukkan air bersih kedalam wadah penetasan.
  3. Telur-telur patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam wadah lalu disebarkan menggunakan bulu ayam, (jangan sampai telur menumpuk.
  4. Kepadatan telur sebanyak 400-500 butir/liter.
  5. Telur-telur yang dibuahi akan berkembang dan menetas dalam jangka waktu 28 jam pada suhu 26-28 derajat celsius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar