Blognya Penyuluh Perikanan

Selamat Datang di Media Penyuluhan Perikanan, Media Silaturahmi Penyuluh Perikanan

Senin, 22 September 2014

TERUMBU KARANG INDONESIA : TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel.

Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

Kondisi Optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Fotosintesisi
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.

Manfaat
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah :
  • Pelindung ekosistem pantai. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
  • Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
  • Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total  pada terumbu karang sebagai penhidupan.
  • Sumber obat-obatan. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
  • Objek wisata. Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
  • Daerah Penelitian. Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Kerusakan Terumbu Karang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang :
  • membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
  • membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
  • pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
  • pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.
  • Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
  • terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
  • penambangan
  • pembangunan pemukiman
  • reklamasi pantai
  • polusi
  • penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan.

MARI KITA JAGA DAN LINDUNGI TERUMBU KARANG KITA!

HUTAN MANGROVE, SUMBER DAYA ALAM YANG TERLUPAKAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwisata Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.

KARAKTERISTIK HUTAN MANGROVE
 
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantainya selalu tergenang air. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Mangrove tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis.
 
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.
 
FUNGSI HUTAN MANGROVE 
Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi, antara lain :
 
Fungsi Fisik Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi), peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengolah bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2.
 
Fungsi BiologisMerupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria.

Fungsi Sosial EkonomiSumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan.
 
UPAYA PEMULIHAN DAN PEMDAYAGUNAAN POTENSI HUTAN MANGROVE
 
Upaya menjaga kelestarian hutan mangrove dapat dilakukan melalui teknik silvofishery dan  pendekatan bottom up dalam upaya rehabilitasi. Silvofishery merupakan teknik pertambakan ikan dan udang yang dikombinasikan dengan tanaman hutan mangrove. Usaha ini dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem hutan mangrove sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
 
Pendekatan secara bottom up yang merupakan suatu teknik dalam rehabilitasi hutan mangrove yang lebih banyak melibatkan masyarakat. Dengan demikian semua proses rehabilitasi (reboisasi) hutan mangrove yang dimulai dari proses penanaman, perawatan, penyulaman dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki dan akan selalu turut menjaga kelestarian hutan mangrove. 

Ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam upaya pelestarian hutan  mangrove, yaitu:
  1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
  2. Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun kesadaran masyarakat antara lain:
  1. Diskusi bersama masyarakat untuk memahami kondisi pantai saat ini dan sebelumnya.
  2. Mengidentifikasi dan menyadari bersama dampak hilang/rusaknya hutan mangrove.
  3. Menentukan dan menyepakati bersama solusi mengatasi masalah akibat hilang/rusaknya hutan mangrove.
  4. Sosialisasi peraturan-peraturan yang berlaku tentang hutan mangrove.
  5. Studi banding untuk menyakini dan memperluas wawasan tentang manfaat hutan mangrove, perencanaan dan pelaksanaan bersama penanaman mangrove, serta pembentukan kelompok masyarakat pengelola dan pelestari hutan mangrove.

Jumat, 19 September 2014

PEMIJAHAN IKAN PATIN DENGAN TEKNIK KAWIN SUNTIK

Ikan Patin merupakan salah satu jenis ikan komersil yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain di habitat aslinya, ikan belum mampu dipijahkan secara alami. Oleh karena itu perlu dilakukan pemijahan dengan teknik Induced breeding (Teknik Pemijahan Kawin Suntik). Berikut ini adalah tahapan pemijahan Ikan Patin dengan Teknik Kawin Suntik.

Seleksi Induk Matang Gonad

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembenihan Ikan Patin. Induk yang baik dan sehat akan menghasilkan benih yang baik pula.

Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:
  • Umur ± 2,5 tahun
  • Berat minimum 3 Kg/ekor
  • Perut membesar kearah anus
  • Perut tersa empuk dan halus saat diraba
  • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
  • Kulit dibagian perut lembek dan tipis
  • Jika bagian kloaka di tekan akan keluar beberapa butir telur berbentuk bulan dan ukuran seragam

Ciri Induk Patin Jantan Matang Gonad:

  • Umur 1,5 tahun
  • Berat minimum 2 Kg/ekor
  • Kulit bagian perut lembek dan tipis
  • Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tuaJika perut diurut ke arah anus keluar sperma berwarna putih

Induced Breeding 

Induced Breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain atau kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormone gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merek dagang Ovaprim.

Induced Breeding menggunakan Ovaprim dan HCG
  1. Dosis penyuntikan induk betina dan jantan berbeda. Induk jantan diperlukan Ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
  2. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama menggunakan HCG dengan dosis 500 IU/kg, sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim yang dilakukan setelah 24 jam dari penyuntikan pertama.
  3. Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
  4. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular dibelakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dengan kemiringan 45 derajat.
  5. Induk-induk tersebut disimpan dalam wadah/bak yang mengalir. Setelah 8 – 15 jam kemudian biasanya induk sudah ovulasi.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah puncak induk matang gonad. Saat ovulasi telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut (stripping) induk betina. 
Caranya sebagai berikut:
  1. Sediakan baskom plastic yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
  2. Perut induk betina diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung dalam baskom.
  3. Selanjutnya sperma diambil dari induk jantan dengan proses yang hampir sama dengan stripping pada induk betina.
  4. Sperma yang keluar dari induk jantan langsung disatukan dengan telur yang telah ditampung didalam baskom
  5. Agar telur dan sperma tercampur dengan sempurna (terjadi pembuahan) lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam ± selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
  6. Untuk meningkatkan fertilisasi, dapat ditambahkan larutan NaCl sambil tetap campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan selama 2 menit.
  7. Telur-telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih dan mengendap dibawah.

 Proses Penetasan Telur
  1. Siapkan wadah penetasan baik berupa corong ataupun akuarium penetasan yang sudah dicuci dan dikeringkan.
  2. Masukkan air bersih kedalam wadah penetasan.
  3. Telur-telur patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam wadah lalu disebarkan menggunakan bulu ayam, (jangan sampai telur menumpuk.
  4. Kepadatan telur sebanyak 400-500 butir/liter.
  5. Telur-telur yang dibuahi akan berkembang dan menetas dalam jangka waktu 28 jam pada suhu 26-28 derajat celsius.

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GURAME

Sebagaimana keberhasilan dalam hal penetasan telur gurame, keberhasilan pemeliharaan larva ikan gurame juga dipengaruhi oleh faktor internal dan ekstrnal. Faktor internal terkait dengan kualitas larva yang dihasilkan dari induk yang berkualitass, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkungan dan proses/perlakuan selama pemeliharaan.

Dalam kondisi normal yakni pada kisaran suhu 29—30 derajat Celsius, telur ikan gurame akan menetas dalam waktu 24—48 jam. Telur-telur yang abru menetas (biasa disebut larva) masih mempunyai cadangan makanan dalam tubuhnya (kuning telur) sehingga tidak perlu diberikan pakan untuk beberapa hari. Bentuk larva ini mirip/menyerupai kecebong (anak katak) dengan ukuran yang lebih kecil dan berwarna kuning.

Setelah berumur 7—8 hari, sebagian besar larva sudah berbentuk ikan yang sangat kecil dengan ukuran kepala tampak besar (tidak seimbang dengan bentuk tubuh yang tipis dan kecil. Pada usia ini larva-larva sudah siap untuk dipindahkan ke wadah pendederan. Wadah pendederan ikan gurame dapat berupa akuarium, bak beto, bak kayu yang dilapisi terpal, ataupun kolam pendederan.

Sebelum larva ditebar ke wadah pendederan, sebaiknya lakukan sortir terlebih dahulu untuk membuang
telur-telur yang tidak menetas. Bersamaan dengan itu, lakukan penghitungan jumlah larva sehingga dapat diketahui persentase/tingkat keberhasilan penetasan telur yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa untuk penetasan telur berikutnya. Pengetahuan terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur dan tingkat keberlangusngan hidup (SR) dari larva yang didederkan akan sangat berguna dalam menentukan jumlah produksi yang akan dicapai.

Pada kolam pendederan, larva ikan gurame sudah harus diberi makan. Untuk tahap awal, pakan yang diberikan sebaiknya berupa pakan alami seperti cacing sutera (Tubifex sp.), Daphnia sp., Moina sp., ataupun sumber protein hewani lainnya. Bahan-bahan nabati dapat diberikan setelah larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pellet) dapat diberikan sesuai dengan perkembangan bukaan mulut ikan. Pada wadah pende-deran khususnnya yang berupa kolam, sebaiknya diberikan alat tempat berlindung dapat berupa daun pisang, daun kelapa, ataupun genteng yang disusun sedemikian rupa didalam kolam pendederan.

Lama pemeliharaan disesuaikan dengan ukuran yang ingin dicapai, antara lain: benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (ukuran kuku), benih berumur 80 hari dapat mencapai 2-4 cm (ukuran jempol), benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (ukuran silet), dan benih berumur 160 hari dapat mencapai ukuran 6—8 cm (ukuran korek). Selama pemeliharaan sebaiknya lakukan seleksi setiap 15—20 hari sekali untuk mengelompokkan sesuia dengan ukuran agar pertumbuhan bibit seragam.



PENETASAN TELUR IKAN GURAME

Keberhasilan penetasan Ikan Gurame sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah kualitas telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Telur yang berasal dari induk yang berkualitas dan kondisinya baik (sehat/tidak cacat) disertai dengan proses pembuahan yang sempurna oleh sperma, maka akan memiliki kualitas yang baik. Sedangkan yang dimaksud dengan factor eksternal adalah perlakuan selama proses penetasan, dan kondisi lingkungan penetasan yang meliputi kondisi wadah penetasan hingga kondisi air/kualitas air penetasan telur Ikan gurame. 

Berikut ini akan disampaikan beberapa hal terkait dengan persyaratan wadah penetasan telur Ikan Gurame, kondisi ideal untuk penetasan telur Ikan gurame, dan prosedur penetasan. 

Persyaratan Wadah Penetasan

Wadah yang digunakan untuk penetasan Ikan Gurame dapat berupa Baskom Plastik ataupun akuarium. Hal yang terpenting bagi wadah yang digunakan untuk penetasan telur Ikan Gurame adalah wadah harus benar-benar bersih. Sebelum digunakan, wadah penetasan sebaiknya dicuci dahulu dan disuci-hamakan yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengeringkan wadah pada terik matahari.

Kondisi Ideal Penetasan

Yang dimaksud dengan kondisi ideal adalah lingkungan yang cocok untuk penetasan telur Ikan Gurame salah satunya adalah suhu. Suhu idela untuk penetasan telur Ikan Gurame adalah berkisar pada suhu 29—30 derajat Celsius. Selain itu kepadatan telur dalam wadah penetasan sebaiknya 4-5 butir/cm persegi. 

Ciri Telur Ikan Gurame Berkualitas: 

Untuk menentukan kualitas telur ikan gurame dapat dilihat dari warna telur tersebut. Telur gurame yang sehat berwarna kuning agak transparan, sedangkan telur yang kurang baik berwarna kuning kusam atau cenderung putih. Hal ini diindikasikan bahwa telur tersebut gagal dibuahi oleh sperma induk Ikan Gurame jantan. Umumnya telur Ikan Gurame akan menetas setelah 1-2 hari, bahkan ada pula yang menetas pada 4-5 hari kemudian. Larva (telur yang baru menetas) belum membutuhkan makan karena masih ada bekal makanan (kuning telur) yang masih melekat pada tubuh larva. Setelah 7-8 hari, larva sudah menjadi ikan gurame dengan ukuran yang sangat kecil (panjang sekitar 1 cm), sehingga sudah membutuhkan makan. Oleh karena itu perlu dipindahkan ke kolam pendederan.

Prosedur Penetasan

Perlakuan diawali dengan proses pengangkatan telur dari sarang yang harus dilakukan secara hati-hati dimana sarang yang telah berisi telur diangkat dan dimasukkan ke dalam ember/baskom untuk kemudian dipindahkan ke wadah penetasan. Ini dilakukan pada pagi hari. Kemudian pisahkan antara telur yang dibuahi dengan telur yang tidak dibuahi. Wadah penetasan harus dihindarkan dari hujan namun boleh terkena sinar matahari pada pagi dan sore hari.

Adapun prosedur penetasan telur gurame lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: 
  1. Baskom yang berdiameter 60-70 cm dicuci hingga bersih, upayakan benar-benar bersih dari bahan kimia atau bahan beracun dan berbahaya lainnya dari wadah. Gunakan deterjen saat pencucian pertama kali, lalu dapat diulang menggosok permukaan bagian dalam wadah dengan potongan gedebog pisang. 
  2. Jemur baskom dibawah terik matahari. 
  3. Isi baskom dengan air bersih dengan ketinggian sekitar 10-15 cm. Letakan wadah ditempat yang terlindung dari hujan dan pemangsa telur, tetapi boleh terkena sinar matahari saat pagi dan sore hari. 
  4. Angkat telur ikan gurame dari sarangnya secara hati-hati. Sebaiknya pengambilan teur dilakukan pada saat pagi hari. 
  5. Tempatkan telur gurame pada wadah penetasan (baskom) yang sudah disediakan secara hati-hati. Baskom dengan diameter 60-70 cm dapat menampung telur sebanyak 10.000 butir. 
  6. Lakukan pemisahan antara telur yang baik dengan telur yang tidak baik secara bertahap (dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari) Biasanya telur akan menetas antara 2 – 5 hari.