Blognya Penyuluh Perikanan

Selamat Datang di Media Penyuluhan Perikanan, Media Silaturahmi Penyuluh Perikanan

Kamis, 18 Desember 2014

RAINBOW : IKAN CANTIK NAN EKSOTIK

Ikan Rainbow atau yang sering disebut ikan pelangi, merupakan salah satu ikan air tawar yang berasal dari tanah Papua. Selain warnanya yang cantik, ikan ini memiliki sifat ramah sehingga bisa dicampur dengan jenis ikan lainnya dalam satu akuarium.
Ikan pelangi sebenarnya memiliki beberapa jenis, yaitu :  rainbow bosemani, merah atau glossolepis incises; rainbow neon, frukata, threadfish dan rainblow celebes. Yang berjenis merah bisa ditemukan di daerah Danau Sentani dan beberapa pulau lain di daerah Papua dan negara tetangganya, Papuan Nugini. Pertama kali ditemukan tahun 1908 oleh Weber, rainbow merah juga bersifat pendamai sehingga tepat untuk peliharaan akuarium.
Kualitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur air 23 - 26 derajat celcius. pH air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapat hidup dan berkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat memijah setelah berumur + 6 bulan dalam ukuran 5 - 7 cm. Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air, cacing rambut atau cuk.

Parameter Ikan Rainbow
Suhu : 22-26 derajat celcius
pH : 7 - 7,8
Oksigen : >4
Jumlah Telur : 150 - 200
Umur Indukan : > 6 bulan

Membedakan jantan dan betina

Ikan akan mulai memijah setelah berumur minimal 6 bulan dengan ukuran sekitar 5-7 cm. selama memijah, rainbow bosemani jantan akan menunjukan warna lebih cerah dengan sirip-sirip agak kemerahan, dibanding betina warnanya sedikit pucat dan tubuhnya lebih kecil hanya lebih gemuk dibagian perutnya.

Persiapan induk
Untuk mendapatkan indukan, peliharalah beberapa ikan rainbow dalam satu kolam semen atau akuarium. setelah ikan matang kelamin sekitar umur 6 bulan. pilih indukan yang berkualitas dan pindahkan ke bak pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 atau 1:2.

Bak pemijahan
  • Ikan dapat dipijahkan di akuarium, kolam semen maupun bak fiberglass. ukuran akuarium yang digunakan biasanya 80x40x40, sedangkan bak semen bisa memakai ukuran 2x1 meter dengan ketinggian air sekitar 40 cm.
  • jumlah pasangan disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. normalnya, setiap pasang dapat dipijahkan dalam setiap 10 liter air.
  • di dalam bak pemijahan harus diberi tanaman air atau alat peletak telur yang terbuat dari tali rafia.
Pakan
Selama di bak pemijahan, ikan diberi pakan pelet dan beragam pakan hidup seperti artemia, kutu air, dan cacing sutera.

Proses pemijahan
  • Ikan ini biasa memijah di malam hari. kadang tidak diketahui prosesnya, karena biasanya telur sudah berserakan di sekitar tanaman air atau alat peletak telur buatan. oleh karena itu, tanaman air dan alat peletak telur buatan harus sering diperiksa, apakah sudah ada telur-telur di sekitarnya.
  • Bila sudah banyak telur menempel di tanaman air atau alat peletak telur buatan maka induk harus segera dipindahkan ke aquarium lain agar tidak memakan telur-telurnya.
  • telur akan menetas 5 hari setelah pembuahan. anak-anak ikan yang baru menetas masih memiliki kuning telur di perutnya sebagai makanan cadangan selama 4-5 hari.
Pembesaran Benih
  • Benih ikan dapat diberi makan berupa infusoria sampai usia 2 minggu. selama 2 minggu tersebut pakan dapat diselingi dengan emulsi kuning telur. lewat dari 2 minggu, anakan dapat mulai diberi makan kutu air dan cacing sutera. setelah berumur 1 bulan, anakan sudah dapat dibiasakan dengan pakan berupa pelet yang dihaluskan.
  • selama pembesaran benih, prose penyiponan harus dilakukan setiap kali terlihat banyak kotoran di aquarium. saat melakukan penyiponan, aerator harus dimatikan untuk menghindari anakan tersedot keluar.
Sumber : www.alamikan.com

BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOC

Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat menguntungkan serta tidak membutuhkan perawatan yang tidak terlalu rumit. Kebutuhan pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar yaitu berkisar antara 80-85% dari total biaya produksi. Saat ini komponen terbesar biaya produksi dikarenakan mahalnya harga pakan sehingga menjadi kendala. Oleh karena itu, melalui teknologi bioflok yang mampu mengolah limbah untuk meminimalkan limbah sekaligus mendaur ulang limbah menjadi pakan merupakan jalan keluar dalam menciptakan budidaya ikan yang ramah lingkungan, berkelanjutan, efisien dalam penggunaan air maupun pakan, dapat meminimalisir limbah buangan budidaya sesuai persyaratan CBIB serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan.
Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll) yang tergabung dalam gumpalan (flok). Teknologi bioflok pada awalnya merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah lumpur aktif secara biologi dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme (seperti bakteri).
Keuntungan penerapan teknologi bioflok antara lain : seedikit pergantian air (efisien dalam penggunaan air); tidak tergantung sinar matahari; padat tebar lebih tinggi (bisa mencapai 3.000 ekor/m3); produktivitas tinggi; efisiensi pakan (FCR bisa mencapai 0,7); efisiensi dalam pemanfaatan lahan; membuang limbah lebih sedikit; ramah lingkungan.
Beberapa persyaratan umum dalam penerapan teknologi bioflok : konstruksi kolam harus kuat (beton, terpal, fiber); kedisiplinan dan ketelitian yang tinggi; perlu keuletan; perlu peralatan untuk aerasi dan pengadukan; pemahaman terhadap teknologi budidaya.

 

TEKNIS BUDIDAYA IKAN LELE INTENSIF DENGAN BIOFLOK

Persiapan kolam
  1. Melakukan pengeringan dan desinfeksi dengan menggunakan kaporit 10%.
  2. Mengisi air kolam sampai ketinggian air 80-100 cm.
  3. Memasang peralatan (pompa beserta perlengkapannya).
  4. Perlakuan (treatment) air dilakukan dengan cara :
    • kapur tohor 100 gr per m3; kaptan 200 gr per m3; mill 150 gr per m3. 
    • Garam krosok (non-iodium) ; 3 kg per m3 air.
    • Probiotik 5 cc per m3. Jenis probiotik yang digunakan adalah bakteri heterotrof antara lain Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Bacillus polymyxa.
    • Molase (tetes tebu) sebanyak 100 cc per m3 atau gula pasir 75 gr per m3.
    • Kemudian air dibiarkan selama 7 hari atau air terlihat berubah warna atau terasa lebih licin.
    • Kolam siap ditebar.
  5. Melakukan pengadukan dan aerasi. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan blower 100 wattyang dapat dimanfaatkan untuk 6 unit kolam bundar yang dipasang mulai dari awal pemeliharaan.

Penebaran benih
Benih lele yang ditebar berukuran 7-8 cm (SNI Nomor 01-6484.2-2000) dengan padat tebar 1.000 ekor/m2.

Manajemen pakan
Setelah benih ditebar ke dalam kolam, selanjutnya benih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan lingkungan baru sambil menunggu isi lambung bener-bener kosong/bersih.

Program Pakan untuk Ikan Lele








 Sumber : Direktorat usaha Budidaya

Kamis, 20 November 2014

BUDIDAYA IKAN HIAS NEON TETRA

Jenis-jenis ikan TETRA terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis tetra yang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, Neon Tetra & banyak lagi yang lain.
Pada tulisan ini diketengahkan jenis neon tetra yang berasal dari sungai Amazon Amerika, dan telah berkembang biak di Indonesia. Neon Tetra (Hyphessobryconnesi), ikan hias ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias yang paling menarik. Tubuhnya berjalur merah danbiru hijau sepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Ikan hias ini mudah dipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati.

CARA MEMBIAKAN
Cara membiakkan ikan jenis ini masih cukup sulit dan memerlukan ketekunan serta pengalaman yang lama. Adapun untuk membiakan ikan ini di perlukan syarat-syarat tertentu antara lain:
  1. Air harus steril dan bersifat asam (pH lebih kecil dari 6,4)
  2. Senang pada tempat yang gelap.
  3. Suhu sekitar 20 derajat celcius
Cara membedakan jantan dan betina adalah sebagai berikut:

Induk Jantan 
Bentuk agak panjang
Garis Neon Lurus

Induk Betina 
Bulat pendek dan perut membesar
Garis agak bengkok

Cara membiakkannya:
  1. Pisahkan induk-induk neon tetra.
  2. Air hujan ditampung dan didiamkan sampai + 2 minggu.
  3. Tempat yang dipergunakan untuk membiakkan, ikan tersebut dibersihkan ter lebih dahulu dan dicuci dengan tawas.
  4. Masukkan air hujan tersebut kedalam tempat pemijahan.
  5. Tetesi dengan air rendaman kayu asam.
  6. Didiamkan 2 ~ 3 hari.
  7. Masukkan tanaman atau daun-daunan untuk meletakkan telur neon tetra tersebut.
  8. Masukkan induk tetra yang telah dipisahkan terlebih dahulu.
  9. Tutuplah tempat tersebut dan berilah lubang cahaya sedikit agar supaya dapat melihat gerak-gerik ikan tersebut.
  10. Jika terlihat jantan dan betina saling berkejar-kejaran, maka + 3 hari kemudian sudah terlihat telur-telur yang menempel pada daun atau akar yang telah disediakan.
  11. Pindahkan induknya dan ditutup dengan kain hitam hingga tidak ada cahaya yang masuk.
  12. Selama + 3 hari telur neon tetra tersebut menetas.
  13. Anak ikan ini dapat diberi makanan infusoria yakni bakteri pembusuk pada daun kubis/kol yang dibusukkan setetes demi tetes.
  14. Setelah + 2 - 3 minggu penutup sudah boleh dibuka kembali.
  15. Kemudian akan terlihat anak-anak ikan tetra.

Sumber : Dinas Perikanan Pemerintah DKI Jakarta

BUDIDAYA IKAN HIAS MANFISH

Ikan manfish (Angle Fish) merupakan salah satu ikan hias air tawar yang sudah banyak berkembang di Indonesia. Ikan yang berasal dari Amerika Selatan ini juga biasa dikenal dengan nama ikan bidadari karena bentuk dan warnanya yang menarik serta gerakkannya yang relatif tenang.
Secara umum, budidaya ikan manfish tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan dalam aquarium atau paso dari tanah, sehingga tidak membutuhkan investasi besar untuk budidayanya.

Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.
Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan.  Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur sampai bagian punggung.  Manfish Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman.  Manfish Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal.  Sedangkan manfish Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.

PEMIJAHAN

Perbedaan Induk jantan dengan betina













Pemilihan Induk
  1. Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm
  2. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan manfish akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan.
Cara Pemijahan
  1. Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 - 60 cm
  2. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm
  3. Substrat diletakkan secara miring atau terlentang
  4. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat dengan mulutnya
  5. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. Untuk satu kali pemijahan telur dapat berjumlah 2.000 ~ 3.000 butir
  6. Selama pemijahan induk akan diberi makan kutu air dan cuk.
    Induk Manfish yang sedang bertelur

Pemeliharaan Benih

Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara:
  1. Substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan
  2. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Pemindahan benih dilakukan dengan cara yang sama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih:
  1. Aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya harus di persiapkan dahulu, yaitu dengan mengisi air yang telah diendapkan + 10 cm, kemudian bubuhkan methyline blue beberapa tetes, untuk mencegah kematian telur karena serangan jamur. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan menggunakan pompa udara.
  2. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat tidak perlu diberi makan
  3. Setelah lepas dari substrat (3 ~ 4 hari) dapat diberikan makanan berupa rotifera atau kutu air yang disaring, selama 5 ~ 7 hari.
  4. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saring
  5. Setelah seminggu diberi kutu air, benih muali dicoba diberi cacing rambut.
PEMBESARAN
  1. Setelah benih memakan cacing rambut, perlu dilakukan penjarangan di aquarium yang lebih besar
  2. Pada 1,5 bulan dapat ditebar sebanyak + 1.000 ekor benih pada bak tembok berukuran (1,5 x 2) meter persegi dengan tinggi air 15 s.d. 20 cm
  3. Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua, sehingga tiap kolam diisi 100 ekor
  4. Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari 100 ekor, asal ketinggian air ditambah serta diberi pompa udara
  5. Pembersihan kotoran dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan air sebagaimana semula.
Sumber: Dinas Perikanan Pemerintah DKI Jakarta

BUDIDAYA IKAN HIAS LIVE BEARER

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat khususnya dikalangan para hobiis. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Setiap jenis ikan memiliki sifat atau kebiasaan hidup masing-masing termasuk dalam hal, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.

Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
1.Ikan-ikan hias yang beranak.
2.Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3.Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4.Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5.Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias yang beranak (live bearer), misalnya:
1.Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
2.Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
3.Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
4.Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)


CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA

Induk Jantan
  1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
  2. Tubuhnya rampaing.
  3. Warnanya lebih cerah.
  4. Sirip punggung lebih panjang.
  5. Kepalanya besar.

Induk Betina
  1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
  2. Tubuhnya gemuk
  3. Warnanya kurang cerah.
  4. Sirip punggung biasa.
  5. Kepalanya agak runcing.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
  1. Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
  2. Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.
  3. pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
  4. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
TEKNIK PEMIJAHAN
  1. Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
  2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.
  3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

PERAWATAN BENIH
  1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
  2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
  3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
  4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
  5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekor ikan untuk satu kali pemijahan. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

Sumber : Dinas Perikanan Pemerintah DKI Jakarta

MENGENAL IKAN SIDAT

Ikan sidat atau “moa”, ada juga yang menamakan “pelus” untuk ukuran yang besar, merupakan salah satu jenis ikan yang populer, baik di Eropa, Amerika, maupun Asia. Sebagai katadrom, mereka tinggal di perairan tawar hingga 6-20 tahun, dan begitu mau memijah kembali ke laut; dalam perjalanan kembali ke laut itu mereka tidak makan. Ikan ini pun mati setelah menunaikan tugasnya menurunkan generasinya (memijah). Di Jepang ikan ini sangat populer dengan sebutan “unagi” dan umumnya disajikan dalam bentuk panggang (grilled eel fillet).

Ikan ini mempunyai beberapa keistimewaan antara lain mempunyai kandungan zat gizi yang tinggi terutama vitamin A, rasanya sangat lezat, berkalori tinggi (303.100 kcal/gram) dan merupakan sumber energi yang besar; di negara-negara tertentu diyakini sebagai sumber energi yang sangat diperlukan pada musim-musim dingin. Banyaknya keunggulan dari ikan sidat sebagai sumber gizi membuat ikan ini sangat diminati di Jepang, Eropa, Amerika, Korea dan Taiwan.

Klasifikasi

Filum : Chordata
Sub Filum : Euchordata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinoptrygii
Infrakelas : Teleostei
Superordo : Elomorpha
Ordo : Anguiliformes
Famili : Anguilidae
Genus : Anguilla
Species : Anguilla spp.

Morfologi dan Anatomi

Selintas sidat mirip dengan belut. Tubuhnya bulat dan panjang, warnanya juga sama yaitu kuning, abu-abu, cokelat, dan terkadang hitam. Namun bila diperhatikan, ikan ini berbeda dengan belut, yaitu adanya sirip dada (pectoral fin) di belakang kepalanya (meski ada beberapa jenis tidak memiliki sirip ini); sirip punggung (dorsal fin) dan sirip duburnya (anal fin) langsung menyatu hingga sisrip ekor (caudal fin) membentuk suatu pita lembut.
Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang. Memiliki kepala, perut, dan ekor. Tubuhnya memanjang dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 20 : 1. Kepala sidat berbentuk segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan terhadap sinar matahari karena sidat termasuk binatang malam (nocturnal). Oleh sebab itu, tempat pemeliharaan sidat, terutama pada tahap pendederan, harus diberi peneduh berwarna hitam. Mulut sidat berfungsi untuk mengambil makanan. Mulut sidatmembelah hampir di sepanjang bagian kepala. Hidung sidat sangat kecil, berfungsi untuk alat penciuman. Tutup insang berada di bagian bawah kepala atau di depansirip dada. Sebagian besar spesies ikan ini nokturnal (aktif di malam hari), hingga kita jarang melihatnya di alam; hanya kadang kita melihatnaya di lubang-lubang atau di tempat khusus yang kadang dikeramatkan orang. Sebagian species hidup di perairan lebih dalan di paparan benua dan diderah dengan kedalaman hingga 4.000 m. Hanya yang termasuk dalam famili Aguilidae yang secara teratur mendiami perairan tawar namun juga kembali ke laut untuk memijah.

Berbeda lagi dengan yang disebut sidat listrik (Electrophorus electricus), merupakan penghuni sungai Amazon dan sungai Orinoko yang memiliki kekuatan listrik mencapai 650 volt yang digunakannya untuk berburu mangsa dan membela diri. Kejutan listrik yang dihasilkan oleh ikan ini cukup untuk membunuh seekor kuda dari jarak 2 meter. Cara kerja penghasil listrik pada ikan ini dapat digunakan sangat cepat mencapai dua hingga tiga perseribu detik. Ketika gelisah, ia mampu menghasilkan guncangan listrik selama setidaknya satu jam tanpa tanda-tanda melelahkan.Ia bias tumbuh hingga panjang 2,5 m dan berat 20 kg, walaupun biasanya ukuran rata-ratanya adalah 1 meter.

Habitat dan Siklus Hidup

Sidat termasuk ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa berada di hulu sungai atau danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya dan memijah disana. Memijah di kedalaman laut hingga lebih dari 6.000 m, telur-telur naik ke permukaan dan menetas menjadi larva. Larva sidat yang terbawa arus, bermetamorfosa menjadi leptocephalus (berbentuk seperti daun), dan terus mengarungi samudera menuju ke pantai/perairan tawar. Setelah mencapai pantai dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun, sudah berupa glass eel dengan tubuh transparan hingga terlihat insang (berwarna merah terang) dan hatinya. Di Pelabuhan Ratu, glass eel mencapai muara sungai dengan ukuran 45-60 mm (0,15 – 0,2 g), sedang di Eropa mencapai ukuran 75-90 mm. Mencapai pantai, glass eel memasuki muara sungai dan terus naik dan hidup di hulu-hulu sungai, danau, dan rawa, atau tinggal di perairan rawa pasut atau perairan payau. Berikut ini adalah gambaran 6 fase dalam siklus hidup sidat.


Kamis, 09 Oktober 2014

BUDIDAYA IKAN HIAS "MOLLY"



Ikan Molly merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang ada di Indonesia. Ikan yang termasuk dalam jenis ikan live brearer (melahirkan) memiliki sifat omnivore dengan ukuran tubuh maksimal mencapai 12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas molly yang berkembang di pasaran Indonesia sebagai akibat dari persilangan dan mutasi.

Membedakan Induk Jantan dan Betina:
Ciri Induk Molly Jantan

  • mempunyai gonopodium  (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan
  • modifikasi sirip anal yang
  • berubah menjadi sirip yang
  • panjang.
  • Tubuh ramping
  • Warna lebih cerah sirip punggung lebih panjang
  • Kepalanya agak besar

Ciri Induk Molly Betina


  • Tidak terdapat gonopodium dibelakang sirip perut tetapi berupa sirip halus
  • Tubuhnya gemuk
  • Warnanya kurang cerah
  • Sirip punggung biasa
  • Kepalanya agak runcing

Teknik Pemijahan

  1. Pilihlah induk yang berukuran relative besar, bentuk tubuh yang menggembung, serta mempunyai warna yang indah.
  2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu wadah.
  3. Wadah pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

Perawatan Benih

Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih memiliki kuning telur (yolk egg). Perlakuan yang umum dilakukan dalam pemeliharaan benih adalah pemberian pakan dan pengontrolan kualitas air/penggantian air.

  1. Setelah 4-5 hari benih baru dapat diberi makan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
  2. Setelah mencapai ukuran medium (2-3 cm) dapat diberi pakan berupa cacing , dan bila telah mencapai ukuran 5-7 cm baru dapat diberi makan berupa cuk (jentik nyamuk).
  3. Disamping pakan alami dapat juga diberi pakan berupa pellet, cacing kering, dll.
  4. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari dan jangan berlebihan agar tidak merusak kualitas air
  5. Pergantian air. Air dalam wadah budidaya jangan sampai keruh . Kotoran dapat dibersihkan setiap 2-3 hari sekali dengan cara disiphon. Penggantian air sekitar 10-20%.
Sumber : nagimam.blogspot.com

Senin, 06 Oktober 2014

KULTUR PAKAN ALAMI (KUTU AIR/DAPHNIA)

Dalam budidaya ikan hias, ketersediaan pakan alami menjadi hal yang sangat penting. Kebutuhan pakan alami akan menjadi sangat krusial khusus pada saat kebutuhan pakan untuk rayak (anakan) ikan meningkat. Umumnya, untuk menyediakan pakan alami untuk burayak/anakan ikan para pembudidaya dapat memperolehnya dengan membeli di kios-kios ikan hias. Akan tetapi apabila pasokan pakan alami tidak bias diandalkan kontinuitasnya maka membiakan/kultur sendiri adalah jalan terbaiknya. Salah satu jenis pakan alami yang sangat mudah untuk dikembangbiakan/kultur sendiri adalah daphnia atau pembudidaya secara umum menyebutnya kutu air.

Persyaratan Hidup
Daphnia hidup pada suhu 18-24oC dengan pH 6,7 - 9,2. Daphnia termasuk makhluk hidup yang bersifat filter feeder atau memperoleh makan dengan cara menyaring organisme yang lebih kecil atau bersel tunggal seperti algae dan jenis protozoa lainnya. Daphnia membutuhkan vitamin dan mineral khususnya kalsium untuk pembentukan cangkangnya. Oleh karena tu dalam media hidupnya sebaiknya disertakan potongan batu kapur atau batu apung dan sejenisnya. Untuk pertumbuhan dan perkembangannya daphnia membutuhkan supply oksigen yang cukup. Kekurangan supply oksigen dapat menyebabkan terbentuknya haemoglobin dimana daphnia akan berwarna merah dan berujung kematian pada daphnia.

Kultur Daphnia
Pada dasarnya kultur daphnia dapat dilakukan pada wadah berupa bak, kolam, bahkan ember sekalipun.

Berikut ini akan disampaikan cara kultur daphnia pada bak tembok:
  1. Siapkan bak berukuran 4 x 3 x 0,5 M.
  2. Keringkan selama 3 hari
  3. Isi air setinggi 30-35 cm
  4. Masukkan 2 ember kecil kotoran ayam yang sudah kering
  5. Tebarkan 0,5 liter bibit (induk) daphnia
  6. Biarkan selama 7—12 hari.
Setelah 7—12 hari umumnya daphnia sudah siap untuk dipanen. Panen dilakukan dengan menggunakan scoppnet halus. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari. Agar daphnia dapat berkembang terus, maka sebaiknya dilakukan pemupukan ulang setiap seminggu sekali.

Catatan : Induk daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan organik seperti sawah dan solokan yang airnya tergenang, atau dapat membelinya di kios-kios penjual ikan hias.


Sumber : benihikanku.blogspot.com

KANDUNGAN GIZI IKAN DAN MANFAATNYA

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan produk hewani lainnya. Keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya: (1) ikan memiliki nilai protein yang sangat tinggi (mencapai 20%); (2) Daging ikan lebih mudah dicerna oleh tubuh, karena sifatnya yang relative lunak dan hanya mengandung sedikit tenunan pengikat (tendon) ; dan (3) Daging ikan tidak berbahaya bagi manusia termasuk bagi mereka yang kelebihan kolesterol.

Adapun  kandungan gizi pada ikan dan manfaatnya adalah sebagai berikut:

Omega 3, 6 dan 9
Omega 3    :Membantu perkembangan mata, otak dan jaringan syaraf
Omega 6    :Mengandung GLA (Gamma Linolenic Acid) penting untuk fungsi endoktrin dan hormonal
Omega 9    :Mengandung asam Oleic untuk meringankan gejala peradangan sendi (Arthitis), menjaga stabilitas kolesterol

Protein   

Zat pembangun, lebih mudah dicerna, mengandung asam amino paling lengkap terutama lysine dan treonine     
Vitamin   

Vitamin A        :Sebagai antioksidan, menjaga kesehatan mata
Vitamin B6      :Meningkatkan metabolisme asam amino dan lemak, mencegah anemia dan kerusakan syaraf
Vitamin D        :Meningkatkan metabolisme kalsium untuk pertumbuhan tulang
Vitamin B12  :Membantu pembentukan sel darah merah, membantu metabolisme lemak dan melindungi jantung

Mineral   

Zat Besi    :Membantu pembentukan sel darah merah
Yodium     :Mencegah penyakit gondok
Seng         :Membantu kerja enzim dan hormone
Selenium   :Sebagai antioksidan
Fluor         :Menjaga kesehatan gigi

Asam Lemak Tak Jenuh (High Density Lipoprotein/HDL)   

Merupakan Kolesterol baik, dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah.

AYO MAKAN IKAN, AGAR SEHAT, KUAT DAN CERDAS!!!


    Sumber : Direktorat Perdagangan Dalam Negeri, Ditjen P2HP-KKP

NILAI SEEKOR PARI MANTA

Pari Manta merupakan jenis pari terbesar di dunia dan termasuk salah satu ikan terbesar di dunia. Pari Manta Karang bisa tumbuh hingga 4,5 meter (dari ujung sayap ke ujung sayap yang lainnya), sedangkan Pari Manta Oseanik bisa tumbuh hingga 8 meter. Pari Manta betina butuh 8-10 tahun hingga mencapai kedewasaan seksual, dan bisa melahirkan hanya 1 ekor anak setiap 2-5 tahun.

Ikan yang sangat cerdas ini tumbuh dengan baik di Indonesia. Ikan ini memiliki rasio otak dan badan paling besar bila dibandingkan dengan ikan-ikan lain. Beberapa fakta tentang Pari Manta Indonesia yang unik diantaranya:
  1. Kedua jenis Pari Manta yakni Pari Manta Karang dan Pari Manta Oseanik hidup di perairan Indonesia.
  2. Raja Ampat merupakan satu-satunya tempat di dunia dimana kedua spesies manta dapat dijumpai ditempat yang sama.
  3. Populasi-populasi kunci Pari Manta di Indonesia dapat dijumpai di Sangalaki (Kaltim), Nusa Penida (Bali), Komodo (Flores), dan Raja Ampat (Papua Barat).

Ikan Pari Manta sepenuhnya tidak berbahaya karena tidak memiliki duri dibagian ekornya, berbeda dengan pari biasa (Stringrays). Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penyelam dan pesnorkel serta para pecinta lautan. Komunitas-komunitas lokal di sejumlah besar negara diuntungkan dari pariwisata manta. Tahukah anda berapa nilai seekor Pari Manta?

Estimasi secara global, nilai pariwisata Pari Manta sebesar 1,7 triliun rupiah per tahunnya. Sedangkan perkiraan nilai perdagangan pelat insang Pari Manta secara global hanya mencapai 60 miliar rupiah. Indonesia merupakan negara terbesar kedua didunia untuk tujuan pariwisata manta. Estimasi nilai seekor Pari Manta sebagai asset pariwisata sepanjang hidupnya ditaksir mencapai 12 miliar rupiah, sedangkan estimasi nilai jual seekor Pari Manta sebagai objek perikanan (ikan mati) ditaksir < 6 juta rupiah.

Kelangsungan hidup Pari Manta saat ini sangat terancam dengan terus meningkatnya permintaan untuk pelat insangnya yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Indonesia tampaknya menjadi negara penangkap Pari Manta terbesar di dunia dan dinilai dapat membahayakan populasi Pari Manta. Dengan rendahnya laju reproduksi, umur yang panjang, kecenderungan agregasi di lokasi yang mudah diprediksi, dan kurangnya rasa takut terhadap manusia, Pari Mata sangat rentan terhadap tekanan dari ekspolitasi perikanan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meminimalisir eksploitasi terhadap ikan yang termasuk dalam kategori terancam punah ini. Kesadaran global tentang tingginya ancaman terhadap Pari Manta telah berkembang secara eksponensial di beberapa tahun terakhir. Convention on Migratory Species (CMS) telah mengakui manta sebagai spesies terancam yang memerlukan perlindungan internasional. Pada 4 Maret 2013 Pari Manta jugal telah dimasukkan dalam Apendiks II dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Di Indonesia sendiri Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan regulasi mengenai perlindungan penuh terhadap spesies Pari Manta Karang dan Pari Manta Oseanik melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta.

Pada dasarnya setiap orang dapat berperan dalam perlindungan terhadap Pari Manta, mulai dari masyarakat hingga aparat pemerintah tidak terkecuali Penyuluh Perikanan. Penyuluh Perikanan yang memiliki wilayah kerja di pesisir pantai khususnya mereka yang berada di populasi-populasi kunci Ikan Pari Manta seperti
yang telah disampaikan di atas dapat berperan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat (nelayan) tentang pentingnya Pari Manta sebagai asset pariwisata yang dapat memberikan keuntungan jauh lebih besar dibandingkan sebagai produk perikanan. Memang bukan pekerjaan yang mudah bagi penyuluh perikanan untuk merubah pola pikir nelayan terkait dengan konservasi Pari Manta, terlebih nilai Pari Manta sebagai asset pariwisata tidak secara langsung dapat dirasakan dampaknya oleh pelaku utama perikanan dalam hal ini nelayan. Namun demikian, bukankah perubahan besar terjadi diawali dari hal-hal kecil? So, imposible is nothing.

SAVE MANTA !!!

Sumber : Indonesia Manta Project

Senin, 22 September 2014

TERUMBU KARANG INDONESIA : TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel.

Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

Kondisi Optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Fotosintesisi
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.

Manfaat
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah :
  • Pelindung ekosistem pantai. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
  • Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
  • Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total  pada terumbu karang sebagai penhidupan.
  • Sumber obat-obatan. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
  • Objek wisata. Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
  • Daerah Penelitian. Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Kerusakan Terumbu Karang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang :
  • membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
  • membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
  • pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
  • pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.
  • Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
  • terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
  • penambangan
  • pembangunan pemukiman
  • reklamasi pantai
  • polusi
  • penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan.

MARI KITA JAGA DAN LINDUNGI TERUMBU KARANG KITA!

HUTAN MANGROVE, SUMBER DAYA ALAM YANG TERLUPAKAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwisata Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.

KARAKTERISTIK HUTAN MANGROVE
 
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantainya selalu tergenang air. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Mangrove tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis.
 
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.
 
FUNGSI HUTAN MANGROVE 
Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi, antara lain :
 
Fungsi Fisik Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi), peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengolah bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2.
 
Fungsi BiologisMerupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria.

Fungsi Sosial EkonomiSumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan.
 
UPAYA PEMULIHAN DAN PEMDAYAGUNAAN POTENSI HUTAN MANGROVE
 
Upaya menjaga kelestarian hutan mangrove dapat dilakukan melalui teknik silvofishery dan  pendekatan bottom up dalam upaya rehabilitasi. Silvofishery merupakan teknik pertambakan ikan dan udang yang dikombinasikan dengan tanaman hutan mangrove. Usaha ini dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem hutan mangrove sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
 
Pendekatan secara bottom up yang merupakan suatu teknik dalam rehabilitasi hutan mangrove yang lebih banyak melibatkan masyarakat. Dengan demikian semua proses rehabilitasi (reboisasi) hutan mangrove yang dimulai dari proses penanaman, perawatan, penyulaman dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki dan akan selalu turut menjaga kelestarian hutan mangrove. 

Ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam upaya pelestarian hutan  mangrove, yaitu:
  1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
  2. Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun kesadaran masyarakat antara lain:
  1. Diskusi bersama masyarakat untuk memahami kondisi pantai saat ini dan sebelumnya.
  2. Mengidentifikasi dan menyadari bersama dampak hilang/rusaknya hutan mangrove.
  3. Menentukan dan menyepakati bersama solusi mengatasi masalah akibat hilang/rusaknya hutan mangrove.
  4. Sosialisasi peraturan-peraturan yang berlaku tentang hutan mangrove.
  5. Studi banding untuk menyakini dan memperluas wawasan tentang manfaat hutan mangrove, perencanaan dan pelaksanaan bersama penanaman mangrove, serta pembentukan kelompok masyarakat pengelola dan pelestari hutan mangrove.

Jumat, 19 September 2014

PEMIJAHAN IKAN PATIN DENGAN TEKNIK KAWIN SUNTIK

Ikan Patin merupakan salah satu jenis ikan komersil yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain di habitat aslinya, ikan belum mampu dipijahkan secara alami. Oleh karena itu perlu dilakukan pemijahan dengan teknik Induced breeding (Teknik Pemijahan Kawin Suntik). Berikut ini adalah tahapan pemijahan Ikan Patin dengan Teknik Kawin Suntik.

Seleksi Induk Matang Gonad

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembenihan Ikan Patin. Induk yang baik dan sehat akan menghasilkan benih yang baik pula.

Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:
  • Umur ± 2,5 tahun
  • Berat minimum 3 Kg/ekor
  • Perut membesar kearah anus
  • Perut tersa empuk dan halus saat diraba
  • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
  • Kulit dibagian perut lembek dan tipis
  • Jika bagian kloaka di tekan akan keluar beberapa butir telur berbentuk bulan dan ukuran seragam

Ciri Induk Patin Jantan Matang Gonad:

  • Umur 1,5 tahun
  • Berat minimum 2 Kg/ekor
  • Kulit bagian perut lembek dan tipis
  • Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tuaJika perut diurut ke arah anus keluar sperma berwarna putih

Induced Breeding 

Induced Breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain atau kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormone gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merek dagang Ovaprim.

Induced Breeding menggunakan Ovaprim dan HCG
  1. Dosis penyuntikan induk betina dan jantan berbeda. Induk jantan diperlukan Ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
  2. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama menggunakan HCG dengan dosis 500 IU/kg, sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim yang dilakukan setelah 24 jam dari penyuntikan pertama.
  3. Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
  4. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular dibelakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dengan kemiringan 45 derajat.
  5. Induk-induk tersebut disimpan dalam wadah/bak yang mengalir. Setelah 8 – 15 jam kemudian biasanya induk sudah ovulasi.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah puncak induk matang gonad. Saat ovulasi telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut (stripping) induk betina. 
Caranya sebagai berikut:
  1. Sediakan baskom plastic yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
  2. Perut induk betina diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung dalam baskom.
  3. Selanjutnya sperma diambil dari induk jantan dengan proses yang hampir sama dengan stripping pada induk betina.
  4. Sperma yang keluar dari induk jantan langsung disatukan dengan telur yang telah ditampung didalam baskom
  5. Agar telur dan sperma tercampur dengan sempurna (terjadi pembuahan) lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam ± selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
  6. Untuk meningkatkan fertilisasi, dapat ditambahkan larutan NaCl sambil tetap campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan selama 2 menit.
  7. Telur-telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih dan mengendap dibawah.

 Proses Penetasan Telur
  1. Siapkan wadah penetasan baik berupa corong ataupun akuarium penetasan yang sudah dicuci dan dikeringkan.
  2. Masukkan air bersih kedalam wadah penetasan.
  3. Telur-telur patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam wadah lalu disebarkan menggunakan bulu ayam, (jangan sampai telur menumpuk.
  4. Kepadatan telur sebanyak 400-500 butir/liter.
  5. Telur-telur yang dibuahi akan berkembang dan menetas dalam jangka waktu 28 jam pada suhu 26-28 derajat celsius.

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GURAME

Sebagaimana keberhasilan dalam hal penetasan telur gurame, keberhasilan pemeliharaan larva ikan gurame juga dipengaruhi oleh faktor internal dan ekstrnal. Faktor internal terkait dengan kualitas larva yang dihasilkan dari induk yang berkualitass, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkungan dan proses/perlakuan selama pemeliharaan.

Dalam kondisi normal yakni pada kisaran suhu 29—30 derajat Celsius, telur ikan gurame akan menetas dalam waktu 24—48 jam. Telur-telur yang abru menetas (biasa disebut larva) masih mempunyai cadangan makanan dalam tubuhnya (kuning telur) sehingga tidak perlu diberikan pakan untuk beberapa hari. Bentuk larva ini mirip/menyerupai kecebong (anak katak) dengan ukuran yang lebih kecil dan berwarna kuning.

Setelah berumur 7—8 hari, sebagian besar larva sudah berbentuk ikan yang sangat kecil dengan ukuran kepala tampak besar (tidak seimbang dengan bentuk tubuh yang tipis dan kecil. Pada usia ini larva-larva sudah siap untuk dipindahkan ke wadah pendederan. Wadah pendederan ikan gurame dapat berupa akuarium, bak beto, bak kayu yang dilapisi terpal, ataupun kolam pendederan.

Sebelum larva ditebar ke wadah pendederan, sebaiknya lakukan sortir terlebih dahulu untuk membuang
telur-telur yang tidak menetas. Bersamaan dengan itu, lakukan penghitungan jumlah larva sehingga dapat diketahui persentase/tingkat keberhasilan penetasan telur yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa untuk penetasan telur berikutnya. Pengetahuan terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur dan tingkat keberlangusngan hidup (SR) dari larva yang didederkan akan sangat berguna dalam menentukan jumlah produksi yang akan dicapai.

Pada kolam pendederan, larva ikan gurame sudah harus diberi makan. Untuk tahap awal, pakan yang diberikan sebaiknya berupa pakan alami seperti cacing sutera (Tubifex sp.), Daphnia sp., Moina sp., ataupun sumber protein hewani lainnya. Bahan-bahan nabati dapat diberikan setelah larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pellet) dapat diberikan sesuai dengan perkembangan bukaan mulut ikan. Pada wadah pende-deran khususnnya yang berupa kolam, sebaiknya diberikan alat tempat berlindung dapat berupa daun pisang, daun kelapa, ataupun genteng yang disusun sedemikian rupa didalam kolam pendederan.

Lama pemeliharaan disesuaikan dengan ukuran yang ingin dicapai, antara lain: benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (ukuran kuku), benih berumur 80 hari dapat mencapai 2-4 cm (ukuran jempol), benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (ukuran silet), dan benih berumur 160 hari dapat mencapai ukuran 6—8 cm (ukuran korek). Selama pemeliharaan sebaiknya lakukan seleksi setiap 15—20 hari sekali untuk mengelompokkan sesuia dengan ukuran agar pertumbuhan bibit seragam.



PENETASAN TELUR IKAN GURAME

Keberhasilan penetasan Ikan Gurame sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah kualitas telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Telur yang berasal dari induk yang berkualitas dan kondisinya baik (sehat/tidak cacat) disertai dengan proses pembuahan yang sempurna oleh sperma, maka akan memiliki kualitas yang baik. Sedangkan yang dimaksud dengan factor eksternal adalah perlakuan selama proses penetasan, dan kondisi lingkungan penetasan yang meliputi kondisi wadah penetasan hingga kondisi air/kualitas air penetasan telur Ikan gurame. 

Berikut ini akan disampaikan beberapa hal terkait dengan persyaratan wadah penetasan telur Ikan Gurame, kondisi ideal untuk penetasan telur Ikan gurame, dan prosedur penetasan. 

Persyaratan Wadah Penetasan

Wadah yang digunakan untuk penetasan Ikan Gurame dapat berupa Baskom Plastik ataupun akuarium. Hal yang terpenting bagi wadah yang digunakan untuk penetasan telur Ikan Gurame adalah wadah harus benar-benar bersih. Sebelum digunakan, wadah penetasan sebaiknya dicuci dahulu dan disuci-hamakan yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengeringkan wadah pada terik matahari.

Kondisi Ideal Penetasan

Yang dimaksud dengan kondisi ideal adalah lingkungan yang cocok untuk penetasan telur Ikan Gurame salah satunya adalah suhu. Suhu idela untuk penetasan telur Ikan Gurame adalah berkisar pada suhu 29—30 derajat Celsius. Selain itu kepadatan telur dalam wadah penetasan sebaiknya 4-5 butir/cm persegi. 

Ciri Telur Ikan Gurame Berkualitas: 

Untuk menentukan kualitas telur ikan gurame dapat dilihat dari warna telur tersebut. Telur gurame yang sehat berwarna kuning agak transparan, sedangkan telur yang kurang baik berwarna kuning kusam atau cenderung putih. Hal ini diindikasikan bahwa telur tersebut gagal dibuahi oleh sperma induk Ikan Gurame jantan. Umumnya telur Ikan Gurame akan menetas setelah 1-2 hari, bahkan ada pula yang menetas pada 4-5 hari kemudian. Larva (telur yang baru menetas) belum membutuhkan makan karena masih ada bekal makanan (kuning telur) yang masih melekat pada tubuh larva. Setelah 7-8 hari, larva sudah menjadi ikan gurame dengan ukuran yang sangat kecil (panjang sekitar 1 cm), sehingga sudah membutuhkan makan. Oleh karena itu perlu dipindahkan ke kolam pendederan.

Prosedur Penetasan

Perlakuan diawali dengan proses pengangkatan telur dari sarang yang harus dilakukan secara hati-hati dimana sarang yang telah berisi telur diangkat dan dimasukkan ke dalam ember/baskom untuk kemudian dipindahkan ke wadah penetasan. Ini dilakukan pada pagi hari. Kemudian pisahkan antara telur yang dibuahi dengan telur yang tidak dibuahi. Wadah penetasan harus dihindarkan dari hujan namun boleh terkena sinar matahari pada pagi dan sore hari.

Adapun prosedur penetasan telur gurame lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: 
  1. Baskom yang berdiameter 60-70 cm dicuci hingga bersih, upayakan benar-benar bersih dari bahan kimia atau bahan beracun dan berbahaya lainnya dari wadah. Gunakan deterjen saat pencucian pertama kali, lalu dapat diulang menggosok permukaan bagian dalam wadah dengan potongan gedebog pisang. 
  2. Jemur baskom dibawah terik matahari. 
  3. Isi baskom dengan air bersih dengan ketinggian sekitar 10-15 cm. Letakan wadah ditempat yang terlindung dari hujan dan pemangsa telur, tetapi boleh terkena sinar matahari saat pagi dan sore hari. 
  4. Angkat telur ikan gurame dari sarangnya secara hati-hati. Sebaiknya pengambilan teur dilakukan pada saat pagi hari. 
  5. Tempatkan telur gurame pada wadah penetasan (baskom) yang sudah disediakan secara hati-hati. Baskom dengan diameter 60-70 cm dapat menampung telur sebanyak 10.000 butir. 
  6. Lakukan pemisahan antara telur yang baik dengan telur yang tidak baik secara bertahap (dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari) Biasanya telur akan menetas antara 2 – 5 hari. 

Jumat, 08 Agustus 2014

SERI ALAT TANGKAP IKAN: KONSTRUKSI, CARA PENGOPERASIAN, dan KEUNGGULAN BUBU KUBAH


Konstruksi Bubu Kubah

Berikut ini adalah konstruksi dari Bubu Kubah














Cara Pengoperasian Bubu Kubah

Metode pengoperasian bubu kubah pada umumnya adalah system rawai. Pengoperasian bubu system rawai atau disebut juga berangkai dilakukan dengan cara bubu dipasang dalam jumlah banyak dan dirangkai menggunakan tali antara bubu satu dengan bubu yang lainnya. Yaitu tali utama dirangkai dengan tali cabang dimana satu tali cabang untuk satu bubu. Tali cabang dirangkai 250 – 300 bubu atau jumlahnya mengikuti kebiasaan nelayan/disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga setting bubu dapat dibagi 2 atau 3 rangkaian untuk memudahkan hauling.

Tali utama berupa tali PE diameter 8 mm, sedangkan tali cabang berbahan tali PE diameter 3 mm sepanjang 2 meter pada setiap bubu. Dalam pengoperasiannya, jarak antara bubu adalah 10 m. setiap 100 bubu diberi sebuah pelampung tanda. Pada ujung tali utama diberi sebuah pemberat. Umpan pada bubu rajungan berupa potongan ikan yang sudah tidak segar. Pada kapal bubu rajungan biasanya dilengkapi mesin bantu penangkapan line reel untuk menarik tali utama dan alat perebusan rajungan berupa panci perebusan.

Pengoperasian bubu pada system rawai ditandai dengan penurunan pelampung tanda pada kedua ujung rangkaian bubu, dimana dilengkapi pemberat yang berfungsi sebagai jangkar agar bubu tidak berpindah tempat.

Keunggulan Bubu Kubah
  
1. Ramah Lingkungan
2. Selektif
3. Mudah pengoperasiannya, dan
4. Efektif serta efisien.
Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

SERI ALAT TANGKAP IKAN: “BUBU KUBAH” ALAT TANGKAP KHUSUS RAJUNGAN

Rajungan merupakan jenis kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Hewan ini lebih suka tinggal terkubur dibawah pasir atau lumpur. Rajungan akan keluar untuk mencari makan berupa organisme seperti ikan dan alga selama pasang tinggi. Berbeda dengan kepiting, rajungan tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama jika keluar dari air. Rajungan sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. 

Penangkapan rajungan dengan menggunakan alat tangkap bubu telah banyak digunakan mulai dari skala kecil, menengah hingga skala besar. Salah satu bubu yang khusus untuk menangkap rajungan adalah bubu kubah. Bubu berbentuk kubah ini dirancang untuk memudahkan penyesuaian daerah pengperasian mulai perairan yang dangkal hingga lebih dalam agar memperoleh ukuran rajungan yang layak ditangkap. Hasil rancangan bubu kubah ini, ketika penurunan pada perairan yang lebih dalam dapat stabil dan ketika pengangkatan bubu dirasakan beban penarikan tali utama menjadi lebih ringan. Selain itu proses penangkapan rajungan dalam kondisi utuh dan dalam keadaan segar sehingga memiliki daya jual tinggi.  

Jenis dan Sejarah Perkembangan Bubu Kubah

Bubu Kubah Pintu Atas Permanen 
Bubu kubah pintu atas permanen merupakan awal dari perekayasaan bubu kubah. Dari konstruksinya, bubu ini membutuhkan ruang yang luas dalam kapal untuk penyimpanannya sehingga kurang efektif dalam pengoperasiannya 


Bubu Kubah Lipat Pintu Atas 
Bubu kubah lipat pintu atas merupakan penyempurnaan dari bubu kubah permanen. Konstruksi bubu yang bisa dilipat menjadikan bubu tersebut tidak membutuhkan ruang yang luas dalam penyimpanannya diatas kapal. Namun, pintu bubu yang terletak diatas menyebabkan hasil tangkapan yang minim, karena sifat rajungan yang cenderung berjalan disbanding berenang dalam pergerakannya mencari mangsa. 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping dengan Dua Pengunci 
Bubu kubah lipat pintu samping dengan dua pengunci mempunyai konstruksi yang lebih baik dibandingkan dengan bubu kubah lipat pintu atas. Keberadaan pintu disamping menjawab permasalahan bubu pintu atas terhadap sifat rajungan. Konstruksi dua pengunci menjadikan bubu ini kuat dan hasil tangkapan menjadi lebih baik dibandingkan dengan bubu pintu atas. 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping dengan Satu Pengunci
Konstruksi dua pengunci pada bubu kubah lipat pintu samping dengan dua pengunci menyebabkan waktu pengoperasian lebih lama dan kurang efektif. Bubu tersebut kemudian disempurnakan dengan satu pengunci ditengah. Konstruksi ini lebih baik dari segi efektifitas waktu pengoperasian, tempat penyimpanan dan hasil tangkapan rajungan 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping Satu Pengunci dengan Lubang Pembuangan By Catch 
Dalam upaya penggunaan bubu yang selektif, bubu kubah lipat pintu samping dengan satu pengunci kemudian disempurnakan dengan memberikan sebuah lubang atau beberapa lubang pelepasan yang berfungsi sebagai jalan keluar bagi rajungan berukuran kecil yang terperangkap kedalam bubu. Bubu jenis ini diharapkan menjadi bubu yang selektif dan ramah lingkungan. 

Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

SERI ALAT TANGKAP IKAN : JAKET TUNA, Mudah, Efektif dan Efisien

Jaket tuna merupakan alat bantu penanganan ikan pasca penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur tuna (tuna hand lines). Alat ini dipasang atau digunakan ketika mata kail pada pancing ulur termakan oleh ikan sasaran tangkapan (tuna).

Untuk memperoleh kualitas ikan tangkapan yang baik pada penggunaan pancing ulur, maka diupayakan dengan cara mengurangi gerakan ikan sehingga dapat mempercepat proses penangkapan ikan. Salah satu alat bantu untuk mengurangi gerakan ikan tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah jaket tuna.

Jaket tuna dioperasikan setelah ikan sasaran terasa terkait/tersangkut pada mata pancing, kemudian jaet tuna segera dipasang dan diluncurkan melalui tali pancing untuk mengurangi atau menyelubungi ikan tangkapan.
Penggunaan jaket tuna diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pasca penangkapan tuna dengan pancing ulur. Jaket tuna tersebut bias mengurangi kelelahan fisik ikan akibat meronta-ronta karena terkena mata pancing, sehingga mampu menjaga ikan dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama (daging tuna berkualitas baik).
 
Keuntungan penggunaan jaket tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah dapat mempercepat waktu penangkapan ikan tuna hasil tangkapan ke atas kapal sehingga lebih efisien. Efisiensi waktu tersebut dapat berpengaruh pada kualitass hasil tangkapan yang menjadi tujuan penangkapan.

Konstruksi Jaket Tuna

Bentuk jaket tuna adalah berupa kurungan yang tersusun dari 3 rangkaian lingkaran/ring yang terbuat dari logam tahan karat (stainless stell). Ring tersebut dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan bentuk tubuh dari ikan tuna. Susunan rangkaian ring tersebut meliputi ring 1 (R1) dengan kriteria ukuran Lingkar Insang ikan. Ring ke 2 (R2) untuk sirip dada ikan dan Ring ke 3 (R3) adalah untuk perut ikan.
Penentuan besarnya ring jaket tuna adalah berdasarkan morfologi ikan tuna ang rata-rata tertangkap. Sedangkan ukuran jaket tuna dibuat berdasarkan ukuran badan ikan tuna yang akan menjadi target sasaran penangkapan. Bentuk tubuh ikan tuna sangat berpengaruh terhadap konstruksi jaket tuna.
 
Berikut ini cara pengukuran badan ikan untuk penentuan besarnya ring jaket tuna.

 







Spesifikasi Teknis Jaket Tuna
  1. Spesifikasi teknis jaket tuna model tanpa engsel bukaan
  2. Bahan Besi Stainlesstell, diameter 10 mm
  3. Tinggi 37 cm
  4. Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm
  5. Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm
  6. Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm
  7. Jarak ring 1 – 2 sebesar 17 cm
  8. Jarak ring 2 – 3 sebesar 26 cm
  9. Jeruji/kisi, antara ring 1 – ring 2 = 3 jeruji
  10. Jeruji/kisi, antara ring 2 – ring 3 = 6 jeruji
  11. Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali
  12. Ring dilapisi dengan selang plastic 0,5”, diikat dengan tali PA mono no 20
  13. Per/Pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah
Cara Pengoperasian
  1. Apabila ikan telah memakan umpan pancing, jaket tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap pancing ulur.
  2. Ikan tuna sudah berada dalam jaket tuna sehingga tidak bias berenang bebas
  3. Ikan tuna akan bergerak ke atas bersama jaket tuna mengikuti tali pancing ulur, sehingga ikan lebih cepat ke tangan nelayan

Keuntungan menggunakan Jaket Tuna
  1. Efisiensi waktu pada saat penangkapan ikan tuna yang terkait paa mata pancing ke atas deck kapal/perahu;
  2. Mampu mengurangi kelelahan fisik ikan tuna akibat meronta-ronta; dan
  3. Mampu menjaga ikan tuna dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama.


Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan