Blognya Penyuluh Perikanan

Selamat Datang di Media Penyuluhan Perikanan, Media Silaturahmi Penyuluh Perikanan

Senin, 06 Oktober 2014

NILAI SEEKOR PARI MANTA

Pari Manta merupakan jenis pari terbesar di dunia dan termasuk salah satu ikan terbesar di dunia. Pari Manta Karang bisa tumbuh hingga 4,5 meter (dari ujung sayap ke ujung sayap yang lainnya), sedangkan Pari Manta Oseanik bisa tumbuh hingga 8 meter. Pari Manta betina butuh 8-10 tahun hingga mencapai kedewasaan seksual, dan bisa melahirkan hanya 1 ekor anak setiap 2-5 tahun.

Ikan yang sangat cerdas ini tumbuh dengan baik di Indonesia. Ikan ini memiliki rasio otak dan badan paling besar bila dibandingkan dengan ikan-ikan lain. Beberapa fakta tentang Pari Manta Indonesia yang unik diantaranya:
  1. Kedua jenis Pari Manta yakni Pari Manta Karang dan Pari Manta Oseanik hidup di perairan Indonesia.
  2. Raja Ampat merupakan satu-satunya tempat di dunia dimana kedua spesies manta dapat dijumpai ditempat yang sama.
  3. Populasi-populasi kunci Pari Manta di Indonesia dapat dijumpai di Sangalaki (Kaltim), Nusa Penida (Bali), Komodo (Flores), dan Raja Ampat (Papua Barat).

Ikan Pari Manta sepenuhnya tidak berbahaya karena tidak memiliki duri dibagian ekornya, berbeda dengan pari biasa (Stringrays). Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penyelam dan pesnorkel serta para pecinta lautan. Komunitas-komunitas lokal di sejumlah besar negara diuntungkan dari pariwisata manta. Tahukah anda berapa nilai seekor Pari Manta?

Estimasi secara global, nilai pariwisata Pari Manta sebesar 1,7 triliun rupiah per tahunnya. Sedangkan perkiraan nilai perdagangan pelat insang Pari Manta secara global hanya mencapai 60 miliar rupiah. Indonesia merupakan negara terbesar kedua didunia untuk tujuan pariwisata manta. Estimasi nilai seekor Pari Manta sebagai asset pariwisata sepanjang hidupnya ditaksir mencapai 12 miliar rupiah, sedangkan estimasi nilai jual seekor Pari Manta sebagai objek perikanan (ikan mati) ditaksir < 6 juta rupiah.

Kelangsungan hidup Pari Manta saat ini sangat terancam dengan terus meningkatnya permintaan untuk pelat insangnya yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Indonesia tampaknya menjadi negara penangkap Pari Manta terbesar di dunia dan dinilai dapat membahayakan populasi Pari Manta. Dengan rendahnya laju reproduksi, umur yang panjang, kecenderungan agregasi di lokasi yang mudah diprediksi, dan kurangnya rasa takut terhadap manusia, Pari Mata sangat rentan terhadap tekanan dari ekspolitasi perikanan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meminimalisir eksploitasi terhadap ikan yang termasuk dalam kategori terancam punah ini. Kesadaran global tentang tingginya ancaman terhadap Pari Manta telah berkembang secara eksponensial di beberapa tahun terakhir. Convention on Migratory Species (CMS) telah mengakui manta sebagai spesies terancam yang memerlukan perlindungan internasional. Pada 4 Maret 2013 Pari Manta jugal telah dimasukkan dalam Apendiks II dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Di Indonesia sendiri Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan regulasi mengenai perlindungan penuh terhadap spesies Pari Manta Karang dan Pari Manta Oseanik melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta.

Pada dasarnya setiap orang dapat berperan dalam perlindungan terhadap Pari Manta, mulai dari masyarakat hingga aparat pemerintah tidak terkecuali Penyuluh Perikanan. Penyuluh Perikanan yang memiliki wilayah kerja di pesisir pantai khususnya mereka yang berada di populasi-populasi kunci Ikan Pari Manta seperti
yang telah disampaikan di atas dapat berperan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat (nelayan) tentang pentingnya Pari Manta sebagai asset pariwisata yang dapat memberikan keuntungan jauh lebih besar dibandingkan sebagai produk perikanan. Memang bukan pekerjaan yang mudah bagi penyuluh perikanan untuk merubah pola pikir nelayan terkait dengan konservasi Pari Manta, terlebih nilai Pari Manta sebagai asset pariwisata tidak secara langsung dapat dirasakan dampaknya oleh pelaku utama perikanan dalam hal ini nelayan. Namun demikian, bukankah perubahan besar terjadi diawali dari hal-hal kecil? So, imposible is nothing.

SAVE MANTA !!!

Sumber : Indonesia Manta Project

Tidak ada komentar:

Posting Komentar