Secara umum komoditas/bahan pangan mempunyai
sifat mudah mengalami kerusakan/busuk (perishable),
tidak terkecuali ikan. Setidaknya ada 2 (dua) alasan mengapa ikan termasuk
dalam bahan pangan yang mudah busuk (perishable
food) adalah : (1) Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup tinggi,
sehinggga merupakan media yg baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri
mikroorganisme lain, dan (2) Daging ikan
mempunyai sedikit tenunan pengikat
(tendon), sehingga proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat
dibandingkan dengan produk ternak atau hewan lainnya. Komposisi kimia dalam
daging ikan dapat dilihat pada tabel berikut:
No
|
Unsur
|
Komposisi (%)
|
1
|
Air
|
60 – 84
|
2
|
Protein
|
18 – 30
|
3
|
Lemak
|
0,1 – 2,2
|
4
|
Karbohidrat
|
0,0 – 1,0
|
5
|
Vitamin
& Mineral
|
Sisanya
|
Pada dasarnya, proses penurunan mutu /
pembusukan pada ikan terjadi sesaat setelah ikan mati. Perubahan – perubahan
tersebut terjadi terutama disebabkan oleh : (a) aktivitas enzim; (b) aktivitas
kimiawi / adanya oksidasi lemak oleh udara; dan (c) aktivitas mikroorganisme /
bakteri.
Enzim yang terdapat dalam tubuh ikan akan
merombak / menguraikan organ – organ tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan
rasa (flavor) bau (odor), rupa (appearance), dan tekstur (texture). Oksigen
yang terkandung dalam udara mengoksidasi lemak daging ikan yang mengakibatkan
munculnya bau tengik (rancid). Perubahan – perubahan yang diakibatkan oleh
aktivitas enzim dan aktivitas kimiawi menyebabkan komponen tubuh ikan menjadi
lebih sederhana sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu ikan
berlangsung sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling terkait, dan bekerja
secara simultan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus
selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.
Hyperaemia
merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar - kelenjar yang ada di dalam
kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling
tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas
suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan
substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Fase
ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan
alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi
kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini,
ikan masih dikatakan segar.
Fase
ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan
menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang
semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan
substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Pada
fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak, sebagai akibat fase
sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan
kemudian berjalan sejajar.
Bakteri
menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan fase autolysis. Jenis-jenis
bakteri tersebut adalah: Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan
Elostridium.
Selama
ikan masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu. Akan
tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan
bakteri-bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan
jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan
komposisi daging yang kemudian mengakibatkan ikan menjadi busuk.
Bagian-bagian
tubuh ikan yang sering menjadi target serangan bakteri adalah : Seluruh
permukaan tubuh, Isi perut, dan Insang.
Beberapa
hal yang menyebabkan ikan mudah diserang oleh bakteri adalah sebagai berikut:
- Ikan segar dan kerang-kerangan mengandung lebih banyak cairan dan sedikit lemak, jika dibanding dengan jenis daging lainnya. Akibatnya bakteri lebih mudah berkembang biak.
- Struktur daging ikan dan kerang-kerangan tidak begitu sempurna susunannya, dibandingkan jenis daging lainnya. Kondisi ini memudahkan terjadinya penguraian bakteri.
- Sesudah terjadi peristiwa rigor, ikan segar dan kerang-kerangan mudah bersifat alkaline/basa. Kondisi Ini memberikan lingkungan yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan
Cara Penangkapan
Ikan yang ditangkap dengan alat trawl, pole,
line, dan sebaginya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan yang
ditangkap menggunakan ill-net dan long-line. Hal ini dikarenakan pada alat-alat
yang pertama, ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek, sedangkan pada
alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan terendam agak lama
di dalam air. Kondisi ini menyebabkan keadaan ikan sudah tidak segar sewaktu
dinaikkan ke atas dek.
Ikan yang dalam hidupnya bergerak cepat, contoh
tongkol, tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras bila terkena
alat tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati, rigor mortis
cepat terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan ikan cepat
membusuk.
Berbeda dengan ikan bawal, ikan jenis ini tidak
banyak memberi reaksi terhadap alat tangkap, bahkan kadang-kadang ia masih
hidup ketika dinaikkan ke atas dek. Jadi masih mempunyai banyak simpanan
tenaga. Akibatnya ikan lama memasuki rigor mortis dan lama pula dalam kondisi
ini. Hal ini menyebabkan pembusukan berlangsung lambat.
Kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis
ikan, karena perbedaan komposisi kimia ikan. Ikan-ikan yang kecil membusuk
lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.
Ikan dengan kondisi fisik lemah, misal ikan yang
sakit, lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.
Keadaan udara yang panas berawan atau hujan,
laut yang banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
Penurunan
mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat
tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di
palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena
penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan
ikan menjadi lembek.
- Ikan berada dalam jaring terlalu lama, misal dalam jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala atau ekor menjadi luka atau patah.
- Pemakian ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
- Penyimpanan dalam palka terlalu lama.
- Penanganan yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari palka.
- Daging ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila kena sinar matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar