Blognya Penyuluh Perikanan

Selamat Datang di Media Penyuluhan Perikanan, Media Silaturahmi Penyuluh Perikanan

Selasa, 20 September 2016

BUDIDAYA IKAN DAN SAYURAN DENGAN SISTEM AKUAPONIK


Hidroponik dan akuaponik merupakan suatu sistem yang banyak digunakan masyarakat terutama di perkotaan untuk bercocok tanam. Hal tersebut terjadi karena kedua sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas untuk memulainya.
Namun begitu tentunya ada perbedaan antara hidroponik dan akuaponik, terutama dalam segi hasil. Bila pada hidroponik yang bisa dipanen hanya sayuran, sementara untuk akuaponik bisa didapat hasil pertanian berupa sayur dan hasil perikanan.

Hal tersebut terjadi karena akuaponik merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang mengombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik (saling menguntungkan). Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan sistem akuaponik ada beberapa keuntungan yang dapat diambil seperti mendapatkan dua komoditas usaha tani yaitu sayuran dan ikan dalam satu areal wilayah. Sayuran yang dihasilkan lebih sehat karena nutrisi tanaman didapat dari bahan organik sisa pakan dan feses ikan dan ikan bisa dibudidayakan dengan sistem padat tebar jika diterapkan sistem resirkulasi pada air. Lahan untuk sistem akuaponik, petani tidak membutuhkan biaya perawatan yang besar seperti biaya pakan dan lain sebagainya.

Sistem Akuaponik Hasilkan Sayur dan Ikan Kualitas Bagus

Berbagai jenis sayuran bisa diaplikasikan pada akuaponik di antaranya kangkung, selada , sawi, caisim, bayam, seledri, cabai, tomat, timun sedangkan untuk jenis ikan yang bisa diaplikasikan pada sistem ini juga beragam mulai dari ikan mas, mujair, lele, patin hingga ikan gurame.

Karena merupakan hasil kombinasi antara akuakultur dan hidroponik maka untuk lama pemanenan dan hasil yang didapat tidak jauh berbeda. Untuk kualitas sayuran yang dibudidayakan dengan sistem akuaponik menghasilkan sayuran yang lebih tahan lama jika sudah dipanen, rasa sayuran lebih segar, dan tidak keras saat dimasak. Hal ini didukung karena sayuran mendapatkan nutrisi dari bahan organik fesek ikan.

Sedangkan untuk kualitas ikan secara umum sama dengan konvensional namun untuk teknik budidaya bisa diterapkan sistem padat tebar sehingga akan menghasilkan ikan yang lebih banyak dibandingkan model konvensional. Ikan mas yang dipelihara sekitar 10-50 g per ekor dengan padat tebar yang digunakan berkisar 20 ekor per m2. Ikan nila yang dipelihara sekitar 10 g per ekor, padat tebar yang digunakan berkisar 100-150 ekor per m2. Ikan gurame dengan berat 200-250 g per ekor, padat tebar 10 ekor/m2. Ikan lele dengan ukuran awal yang dipelihara 100-125 g per ekor dengan padat tebar untuk pemeliharaan ikan lele 100-150 ekor/m2. Dan ikan patin dengan ukuran yang dipelihara 10-15 g per ekor kepadatan tebar 15 ekor/m2. Untuk waktu pemanenan, tidak jauh berbeda pada pertanian konvensional yaitu berkisar 1 bulan untuk sayuran dan sekitar 4-5 bulan untuk ikan.


Aplikasi sistem aquaponik lebih jelasnya dapat dilihat pada ideusahabisnis.com/budidaya-ikan-dan-sayuran-dengan-sistem-akuaponik-ala-yusuf-randi-sp-mp-pemilik-randi-farm.

Rabu, 07 September 2016

ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN


Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
Pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan berdasarkan rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan yang disusun oleh satuan unit organisasi pengelola. Setiap pengelolaan kawasan konservasi perairan harus memuat zonasi kawasan konservasi perairan.
Zonasi kawasan konservasi perairan merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem.

Pembagian Zonasi:
Zonasi kawasan konservasi perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:
a. zona inti;
b. zona perikanan berkelanjutan;
c. zona pemanfaatan; dan
d. zona lainnya.

Peruntukan Zonasi:
Zona inti diperuntukkan bagi:
a. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan;
b. penelitian; dan
c. pendidikan.

Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi :
a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
b. penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;
c. budi daya ramah lingkungan;
d. pariwisata dan rekreasi;
e. penelitian dan pengembanga n; dan
f.  pendidikan.

Zona Pemanfaatan diperuntukkan bagi:
a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
b. pariwisata dan rekreasi;
c. penelitian dan pengembangan; dan
d. pendidikan.

Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena  fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antaralain: zona perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.